Faktor-faktor Penyebab Fluktuasi Harga Minyak Bumi
Minyak Bumi adalah komoditi energi utama dunia selama era globalisasi, yang penggunaannya mulai dari sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang menggerakkan mesin-mesin pabrik di Belawan hingga BBM buat kendaraan roda dua yang dipakai oleh petani kopi di Takengon.
Konsumen awam biasanya protes ketika harga BBM naik dan tetap sulit untuk menerima penjelasan dari otorita terkait, ditambah lagi dengan munculnya baliho-baliho penolakan dari para politikus norak yang miskin ide juga kurang gagasan dan bisanya cuma memainkan perasaan orang awam untuk sekedar mempertahankan eksistensi pribadi.
Padahal faktor-faktor yang menentukan naik turunnya harga oil&gas adalah begitu kompleks sehingga kebijakan untuk tetap memaksakan subsidi BBM hingga menguras APBN menjadi tidak tepat.
Faktor Permintaan (Demand)
Faktor penentu pertama adalah sisi permintaan (demand). Sebagaimana komoditi lainnya, semakin tinggi permintaan maka akan semakin berdampak pada kenaikan harga apabila ketersediaan komoditi di pasar tidak ikut bertambah.
Sepanjang energi transportasi bergantung pada produk turunan minyak mentah maka sisi permintaan akan terus tumbuh secara kontinu.
Namun terkadang juga ada pengaruh alamiah yang membuat sisi permintaan melonjak seperti halnya ketika negara-negara di bagian utara dunia memasuki musim dingin maka lonjakan permintaan terjadi akibat kebutuhan energi bagi industri pembangkit listrik meningkat.
Faktor Suplai (Supply)
Seperti yang telah dijelaskan pada sisi permintaan, maka suplai akan sangat berdampak pada fluktuasi harga oil&gas. Dalam kondisi sehat, biasanya asosia negara penghasil minyak bumi akan membatasi suplai pada level satu juta barel per hari dibawah volume permintaan.
Kualitas Minyak Bumi
Minyak bumi berkualitas tinggi adalah jenis minyak mentah yang mudah untuk di proses menjadi produk akhir yang sesuai dengan standar lingkungan sehingga biaya pengilangan menjadi rendah. Semakin tinggi kualitas minyak maka semakin tinggi harga jualnya.
Konflik Politik dan Spekulasi
Biasanya spekulasi pasar berdampak secara jangka panjang pada harga gas alam, pada minyak bumi dampak spekulasi pasar hanya temporer. Demikian pula halnya dengan konflik politik global, efek fluktuasinya pun hanya berlaku selama jangka pendek.
Sebab ketika posisi suplai dan permintaan telah kembali mencapai titik kesetimbangan maka harga baru akan terbentuk dan stabil dalam jangka panjang.
Permasalahan sebenarnya bagi pemerintah dan industri migas adalah bukanlah pada berapa level turun dan naiknya harga namun lebih pada kestabilan harga.
Harga yang tidak stabil akan membuat asumsi kebijakan sektor energi menjadi tidak lagi valid yang berkonsekuensi pada perihal lain yang terkait dengan kebijakan energi.
Mempertahankan subsidi BBM dalam keadaan menanggung rugi penyaluran bukanlah pilihan yang tepat untuk jangka panjang sebab subsisi semacam ini malah akan menambah beban utang negara sebagai akibat dari tidak kompetitifnya sektor industri lokal.
Kalau pun kemudian terdapat BBM jenis tertentu yang hanya berlaku bagi kelompok masyarakat tertentu, hal ini tidak menutup pintu bagi pelaku usaha industri untuk bertindak nakal dengan 'mencuri' kuota BBM jenis tertentu untuk kegiatan bisnisnya sendiri.
Alhasil, industri semacam itu akan cepat tumbang ketika harus dihadapkan pada persaingan sehat karena sudah terbiasa mempertahankan diri dengan cara-cara yang tidak sehat.
Sumber: forbes.com
Komentar
Posting Komentar