Mengenal Istilah Efek Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca merupakan sekumpulan gas yang terdapat dalam lapisan atmosfer paling rendah yang menyebabkan panas matahari dapat tersimpan dalam atmosfer Bumi layaknya bangunan rumah kaca yang digunakan untuk bercocok tanam agar tanaman tumbuh maksimal mulai dari pembibitan hingga budidayanya.

Karena serupaan sifat seperti inilah maka komponen kimiawi atmosfer yang berpengaruh pada proses penyekatan panas matahari disebut sebagai gas rumah kaca. Sedangkan fenomena peningkatan temperatur global (pemanasan global) akibat meningkatnya kandungan gas rumah kaca dalam atmosfer disebut sebagai efek gas rumah kaca.

Secara alamiah, efek gas rumah kaca adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di Bumi. Kehadiran gas rumah kaca dalam kadar normal membuat kehangatan planet Bumi terjaga pada suhu 15 derajat Celsius, kondisi yang menyokong kelangsungan rantai kehidupan organisme di seluruh tempat di dunia. Tanpa gas rumah kaca maka mustahil Bumi dapat dihuni oleh organisme apa pun, seperti halnya planet Mars.

Masalah baru timbul ketika era industri di mulai pada periode akhir abad ke 18 ketika bahan bakar fosil mulai menjadi motor penggerak roda perekonomian global. Pembakaran batu bara dan minyak bumi secara signifikan terbukti menyebabkan kadar gas rumah kaca dalam atmosfer meningkat. Akibatnya, temperatur global pun meningkat dalam proses searah yang irreversible alias tidak dapat dikembalikan lagi kepada keadaan semula.

Apa sebenarnya yang dimaksud sebagai gas rumah kaca tersebut?

Gas rumah kaca berhasil dikenali oleh para ilmuwan sejak tahun 1896, serta diketahui secara pasti efeknya pada pemanasan alamiah Bumi yang terjadi ketika gas tersebut memerangkap panas dari matahari di lapisan atmosfer yang jika tidak demikian akan sepenuhnya lolos kembali ke luar angkasa.

Bayangkan jika kita meletakkan mobil dibawah sinar matahari pada hari yang teramat terik panasnya. Seandainya kaca mobil tersebut seluruhnya tertutup rapat maka suhu dalam ruangan mobil semestinya meningkat tajam sebab panas matahari dapat masuk kedalam melalui kaca namun tidak dapat kembali lagi ke udara bebas. Demikian juga dengan proses yang terjadi di atmosfer planet kita sebagai akibat dari  keberadaan gas rumah kaca didalamnya.

Bagaimana proses terjadinya efek gas rumah kaca tersebut?

Cahaya matahari berfungsi untuk menjaga kelangsungan kehidupan di muka bumi. 30 persen dari energi panas yang diterima Bumi dari Matahari ternyata dipantulkan kembali ke ruang angkasa, hanya 70 persennya saja yang berhasil menembus atmosfer Bumi. Energi panas ini kemudian diserap oleh permukaan tanah, samudera dan diserap juga oleh atmosfer itu sendiri yang kemudian tentu saja membuat Bumi semakin menghangat.

Panas yang telah diserap tersebut pada akhirnya juga akan kembali dipantulkan ke ruang angkasa dalam bentuk sinar infra merah yang tak kasat mata. Disinilah gas rumah kaca memiliki peran penting dalam menjaga temperatur Bumi hingga menjadikannya layak huni bagi berbagai organisme karena kemampuannya untuk menyerap hingga 90 persen pantulan panas dalam bentuk sinar infra merah yang dimaksud.

Pada proses selanjutnya, lapisan atmosfer yang mengandung gas rumah kaca tersebut akan memancarkan kembali panas yang diserapkan ke arah permukaan Bumi sehingga terbentuklah sebuah siklus iklim yang dapat diprediksi dengan mudah oleh para ahli klimatologi.

Adapun konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer kita sepanjang kurun waktu lebih dari 800 ribu tahun yang lampau berkisar antara 200 hingga 280 ppm. Namun hanya dalam waktu 100 tahun saja sejak dimulainya revolusi industri pada abad ke 18, konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer Bumi meningkat tajam hingga dua kali lipat atau setara dengan 400 ppm. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer tentunya juga berpengaruh pada peningkatan suhu global permukaan Bumi.

Untuk meredam peningkatan kandungan konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer maka segenap umat manusia yang menjadi penghuni Bumi wajib segera menghentikan perambahan hutan serta meninggalkan bahan bakar fosil dalam keseharian kehidupannya. Sesuatu yang tampaknya mustahil untuk diwujudkan.

Apa saja yang dikategorikan sebagai gas rumah kaca?

Komponen gas alamiah yang menyebabkan efek gas rumah kaca adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan uap air (H2O). Sedangkan gas freon (SF6, HFC, dan PFC) merupakan jenis gas sintetis yang ketika berada dalam atmosfer juga akan menghasilkan efek gas rumah kaca.

Setiap jenis gas rumah kaca memiliki sifat kimia yang berbeda dan akan keluar dari atmosfer dengan proses yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Misalnya CO2, gas yang satu ini dapat diserap oleh apa yang disebut sebagai penyerap karbon (carbonsinks) seperti tanaman, permukaan tanah, dan juga permukaan samudera. Sedangkan jenis gas freon hanya dapat dihancurkan oleh sinar matahari ketika berada pada bagian terluar dari atmosfer.

Apa hubungannya dengan istilah emisi gas rumah kaca?

Revolusi Industri dan munculnya teknologi mesin uap bertenaga batu bara membuat aktivitas ekonomi manusia telah berperan pada peningkatkan volume gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer secara signifikan. Proses pelepasan gas inilah yang kemudian dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.

Dalam rentang tahun dari 1750 hingga 2011, diperkirakan bahwa konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer meningkat sebesar 40 persen, lalu gas metana meningkat sebesar 150 persen, dan dinitrogen oksida juga naik kadarnya sebesar 20 persen. Pada akhir 1920-an, emisi gas freon sintetis seperti klorofluorokarbon, atau CFC, juga dicatat sebagai emisi gas rumah kaca.

Maka wajarlah jika sektor Pembangkit Listrik, Agrikultur, Industri, Transportasi, dan Bangunan Gedung kemudian tercatat menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca yang sangat berpengaruh pada krisis iklim dunia serta pemanasan global.

Transisi energi pada sektor-sektor tersebut merupakan satu-satunya jalan keluar bagi permasalahan krisis iklim akibat emisi gas rumah kaca.