Proyek PLTS Terapung Terbesar di ASEAN Ada di Waduk PLTA Cirata
Proyek PLTS Terapung Cirata dengan kapasitas 145 megawatt peak (MWp) menjadi
pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN. Mengalahkan Cadiz Solar
Powerplant PLTS di Filipina yang punya kapasitas 132,5 MW.
Waduk Cirata adalah waduk yang membentang di 3 Kabupaten dalam
Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, dan
Kabupaten Bandung Barat.
Terletak di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru Plered, Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, Waduk Cirata merupakan sumber PLTA yang
berasal dari Sungai Citarum.
Konon, Cirata adalah Waduk Terbesar
di Asia Tenggara. Setiap tahunnya menghasilkan 1.428 GWh energi listrik
yang disalurkan melalui jaringan transmisi bertegangan tinggi 500 kV dalam
system interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
Selain sebagai sumber energi PLTA, Waduk Cirata juga menjadi obyek
wisata bagi warga sekitar dan pelancong dari luar kota. Waduk seluas 6.200
hektar ini didesain berusia 100 tahun, namun proses pendangkalan akibat
sedimentasi telah mengurangi kemampuan Waduk Cirata untuk menyimpan air di musim
penghujan.
Dalam catatan Mongabay, volume tampung
debit air di Cirata pada tahun 2017 sebesar 1,7 miliar meter kubik. Menyusut
hingga 300 juta meter kubik jika dibandingkan dengan kemampuan bendungan ini saat
awal mula didirikan.
Sejarah peradaban manusia memang tak pernah bisa lepas dari sumber
air. Selama berabad-abad, ketika masyarakat masih mengandalkan pola hidup nomaden
sebagai pemburu/peramu, sungai menjadi penopang kebutuhan air minum. Setelah
mengenal teknologi pertanian, komunitas masyarakat yang menetap secara permanen
di suatu tempat mulai banyak ditemukan dekat sungai atau danau.
Penggunaan bendungan penampung air sebagai sumber listrik sudah
dikenal sekitar satu setengah abad lamanya. Sedangkan sistem PLTS Terapung sendiri
baru diaplikasikan dalam satu atau dua dasawarsa terakhir ini.
Barangkali waduk Geumgwang di Anseong, Provinsi Gyeonggi, Korea
Selatan adalah tempat pertama
di negara ginseng yang memiliki instalasi PLTS Terapung. Solkiss
bersama Korea Rural Community Corporation telah memasang PLTS Terapung dengan
kapasitas 465 kilowatt di waduk tersebut pada tahun 2014 silam.
Sedangkan masyarakat Jepang sudah menikmati
kesuksesan bisnis PLTS Terapung mereka sebagai yang terbesar di dunia.
Instalasi terbesar ada di bendungan Yamakura yang terletak di Prefektur Chiba
dekat Tokyo. Dengan luasan sekitar 18 hektar, PLTS Terapung tersebut mampu
menyalakan listrik untuk 5.000 pelanggan rumah tangga dan menekan emisi hingga lebih
dari 8.000 ton CO2 per tahun.
Indonesia pun tak mau ketinggalan dalam hal ini. Sebagaimana di rilis
oleh Ditjen EBTKE
Kementerian ESDM, PT. Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) telah
meneken perjanjian kemitraan dengan perusahaan EBT asal Uni Emirat Arab (UEA)
untuk membangun PLTS Terapung Cirata.
Nilai investasi diperkirakan sebesar US$ 129 juta atau 1,8 triliun. PLTS
Terapung Cirata adalah satu dari 11
perjanjian bisnis yang berhasil diteken selama kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Abu
Dhabi pada awal tahun ini.
Kabar terakhir, proyek PLTS
Cirata sedang dalam tahap memenuhi persyaratan untuk tercapainya pendanaan atau Financial
Closing (FC). Porsi sahan PJBI yang dimiliki sebesar 51% sedangkan 49% sisanya punya
Masdar.
Tahapan konstruksi atau Engineering Procurement Construction (EPC)
baru akan dimulai setelah tahap pendanaan rampung. Apabila sesuai dengan jadwal
maka EPC akan laksanakan secara sekaligus pada akhir semester satu tahun 2021.
Jangka Waktu Pelaksaan konstruksi selama 1,5 tahun, sehingga baru
pada November 2022 proyek PLTS Cirata bisa memasuki tahap komersialisasi. Berdasarkan
perjanjian jual beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA), harga listrik
dari PLTS Cirata dipatok sebesar US$ 5,8 per kilowatt hour (kWh). Konon menjadi
harga yang paling kompetitif dalam segmen pembangkit EBT.
Kesuksesan proyek satu ini sudah dinantikan sejak lama. Diawali
dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama energi di
level pemerintah pada tanggal 16 Januari 2017. Berlanjut dengan Consortium
Agreement antara PJBI dan Masda pada 14 November 2019. Yang kemudian dikokohkan
eksekusinya melalui kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Abu Dhabi pada awal
tahun ini.
Diharapkan proyek ini dapat menjadi proyek percontohan pengembangan
PLTS Terapung di wilayah Indonesia yang membuka peluang
lapangan kerja bagi ribuan tenaga terampil. Memperkuat ketahanan energi
nasional dalam tatanan konstelasi global, mendukung Perjanjian Internasional yang
ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dalam Paris Agreement pada tahun 2015
silam. Yaitu sebuah kesepakatan bersama dalam mengatasi krisis perubahan iklim yang menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 29% di Tahun 2030.
Komentar
Posting Komentar