Peran LNG dalam Transisi Energi di Sektor Listrik Indonesia

Gambar: vesselfinder.net

Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang sedang berusaha menggantikan batu bara dengan gas alam sebagai sumber energi listriknya.

Seperti perkiraan Royal Dutch Shell, LNG akan memainkan peran vital dalam menjaga kelancaran transisi energi global, tak terkecuali bagi Indonesia yang saat ini berada para urutan ke-10 ekonomi terbesar dunia dalam hal purchasing power parity.

Bahkan dalam keterangannya pada CNBC Indonesia, Menteri Pertambangan dan Energi ke-9 RI periode 1978-1988, Subroto, menyebutkan bahwa butuh waktu lebih lama bagi Indonesia untuk sepenuhnya menerapkan transisi energi atau beralih dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan.

Sedangkan peran kunci Liquefied Natural Gas (LNG) selama transisi energi adalah untuk mengurangi ketergantungan sektor listrik pada batubara dan minyak bumi. 

Dalam catatan Natural Gas World, sekitar dua pertiga proyek regasifikasi akan berada di Asia selama satu dekade mendatang. Itulah sebabnya mengapa LNG jadi pilihan yang tepat dalam pentahapan proses transisi energi di Indonesia.

Baca tulisan menarik lainya disini: Kisah Nelangsa Timor Leste di Blok Gas Greater Sunrise

Selaras dengan pertumbuhan ekonomi, permintaan energi Indonesia pun terus meningkat. Selama ini PLTU batu bara dan PLTD menjadi penopang pasokan listrik nasional, yang kini hendak digantikan oleh LNG. Termasuk dengan menggantikan Kapal PLTD Terapung dengan PLTG, seperti Karpowership yang sudah mengoperasikan pembangkit listrik berbahan bakar LNG pada kapal pembangkit listriknya di Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Dengan harga yang relatif rendah, LNG cukup terlindungi dari volatilitas harga bahan bakar yang ekstrim. Lalu kontrak pembelian listrik jangka panjang juga membuat bisnis LNG-to-power atau Gas Power Plant (GPP) jadi semakin kompetitif.

Baca tulisan menarik lainya disini: Ketahanan Energi Nasional dalam Konstelasi Global

LNG memainkan peran integral dalam transisi energi di Asia. Karpower International BV, melihat bisnis GPP menempati posisi kuat dari sudut pandang likuiditas. Bahkan investor asal Turki tersebut memperkirakan Indonesia akan menjadi salah satu hub LNG terpenting di dunia melalui proyek LNG-to-power.

Namun harus diingat bahwa proyek LNG-to-power ini berurusan dengan dua aset yang saling terkait, yaitu: unit regasifikasi dan pembangkit listrik (PLTG). Kedua aset tersebut haruslah terkoneksi dengan benar agar manfaat yang diharapkan dapat diperoleh.

Pemain migas besar umumnya sedang berusaha lari dari bisnis hidrokarbon dengan menjual aset-aset yang tidak lagi dianggap strategis. Membuka peluang bagi pemain kelas menengah dalam negeri Indonesia seperti Pertamina dan Medco.

Pertamina dan Medco memiliki pengalaman di proyek LNG, dukungan sumber daya manusia yang dimiliki oleh kedua perusahaan energi dalam negeri tersebut sudah sangat memadai untuk menyukseskan proyek LNG-to-power di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut maka wajarlah bila kita berharap untuk dapat melihat akselerasi investasi LNG-to-power sebagai tahapan awal transisi energi ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan di sektor listrik Indonesia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biofuel Alga: Menjanjikan Namun Bisa Bikin Shell dan Chevron Putus Asa

Momok dari Kebijakan Restrukturisasi Harga BBM: Antara Mitos dan Fakta

Terserang Penyakit Mematikan dari Asap Tungku, Memasak dengan Kayu Bakar Masih Terus Merenggut Jutaan Nyawa Manusia