Teknologi Nano Diamond Battery, Penyimpan Daya Yang Mampu Bertahan Hingga 28.000 Tahun
![]() |
Image by Clker-Free-Vector-Images from Pixabay |
Pada akhir abad ke-19, baterai pernah menjadi sumber utama energi listrik, ketika itu teknologi generator dan jaringan distribusi listrik belum menjadi sebuah kelaziman. Sebagai pionir teknologi baterai nama Alessandro Volta hingga kini masih melekat pada setiap perangkat penyimpan daya sebagai satuan tegangan listrik (Volt).
Para ilmuwan kemudian mencoba mengembangkan berbagai jenis baterai yang layak untuk dipasarkan, akhirnya berdampak pada kelahiran berbagai produk elektronik baru seperti komputer portabel (laptop), telepon seluler, dan mobil listrik.
Sebelumnya pernah dikabarkan tentang tim peneliti dari University of California Riverside yang selama bertahun-tahun telah mencari bahan nanomaterial baru yang dapat digunakan sebagai superkapasitor.
Mereka berharap agar menemukan superkapasitor yang dapat digunakan sebagai alat penyimpan energi pada kendaraan listrik layaknya sebuah baterai. Meskipun kapasitas penyimpanan energi superkapasitor tergolong kecil, dari segi waktu pengisian daya maka superkapasitor adalah super cepat, jauh lebih cepat daripada baterai lithium.
![]() |
Gambar: ndb.technology |
Kini muncul NDB (Nano Diamond Battery) yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan di California, AS. Energinya berasal dari isotop radioaktif yang digunakan dalam reaktor nuklir dan diklaim mampu bertahan hingga 28.000 tahun.
Lapisan diamond atau berlian sintesis merupakan bahan mineral dengan tingkat kekerasan tertinggi dalam skala Mohs sehingga dapat digunakan sebagai pelindung inti radioaktifnya.
Energi dari isotop radioaktif akan diserap oleh berlian melalui proses yang disebut sebagai inelastic scattering atau bila diterjemahkan bermakna sebagai hamburan inelastis, proses inilah yang kemudian menghasilkan energi listrik.
Baterai NDB ini dapat digunakan pada berbagai jenis perangkat dan mesin, mulai dari kendaraan besar seperti pesawat terbang dan roket hingga yang berukuran kecil layaknya mobil listrik dan bahkan juga telepon genggam.
Perusahaan pengembangnya mengatakan bahwa produksi prototipe baterai komersial pertama saat ini sedang berlangsung dan akan tersedia pada akhir tahun ini.
Tentunya produk mereka nantinya akan meluncur berbarengan dengan prototipe mobil hidrogen produk H2X asal Australia.
Temuan studi ini juga dapat memiliki implikasi besar bagi industri penerbangan internasional yang menargetkan bebas emisi pada tahun 2050.
Komentar
Posting Komentar