Proyek Tenaga Angin Terbesar Dunia, Transisi Energi China Semasa Pandemi

Gambar: wikimedia.org

China sedang melancarkan revolusi energi angin. Meskipun pandemi Covid-19 sempat memukul ekonominya, kini China sedang sibuk membangun ladang angin raksasa yang akan segera menandingi ladang angin lepas pantai milik Inggris.

Laksana pasukan monster laut raksasa, turbin angin tiba-tiba muncul di sepanjang garis pantai China. Misterius dan megah, turbin-turbin itu bangkit dari ombak, anggota badannya terentang dan dengan lembut berputar tertiup angin

Pasukan monster laut itu berbaris rapi mulai dari utara Shanghai hingga Hong Kong yang melintasi jarak hingga ribuan mil.

Meskipun Covid-19 menghantam sebagian besar ekonomi dunia hingga terhenti, ambisi China untuk menaklukkan pasar global energi terbarukan terus berlanjut.

Pada 2017, kapasitas terpasang turbin angin China masih 1 gigawatt, dan sejak saat itu kemajuannya pun terus melaju pesat.

China sekarang memimpin dunia dalam jumlah kapasitas terpasang instalasi PLTB lepas pantai. Pada tahun 2030 mendatang diperkirakan PLTB China akan mencapai kapasitas 52 gigawatt.

“Di tengah ancaman perubahan iklim, pemerintah terus mendorong pengembangan industri baru untuk menciptakan lapangan kerja dan menjaga pertumbuhan ekonomi sambil mengurangi ketergantungan energi pada produksi batu bara,” kata Feng Zhao, direktur strategi pada Global Wind Energy Council.

Sebelum menggarap Laut Cina Selatan, mega proyek PLTB pertama mereka terletak di pinggiran Gurun Gobi. Wilayah yang dekat dengan perbatasan Mongolia ini memiliki angin bertiup kencang melalui dataran rendah tak berpenghuni, disinilah dibangun pangkalan PLTB Jiuquan.

Pembangunannya sudah dimulai sejak 2009, tetapi ladang angin raksasa ini masih belum termanfaatkan dengan optimal. Beberapa turbin bahkan terpaksa dimatikan sementara karena permintaan listrik yang rendah.

Walau angin gurun akan selamanya berhembus kencang, penduduk desa di sekitarnya belum membutuhkan listrik yang dihasilkan turbin sebanyak itu. Sementara pusat ekonomi China dan ibukota Beijing dari pangkalan PLTB Jiuquan jaraknya setara dengan 20 jam mengendarai mobil.

Pemerintah China telah mencoba membangun kabel transmisi yang membentang sejauh ribuan mil lebih, namun energi dari PLTB tetap belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan pengalaman tersebut maka sejak tahun 2015, China mengalihkan fokus pengembangan PLTB ke Laut China Selatan.

Transmisi lepas pantai terbukti lebih mudah, angin kencang di sepanjang pesisir timur itu lokasinya sangat dengan kota-kota industri padat penduduk. Dengan perekonomian yang lebih besar maka uang yang dihasilan tentu juga lebih banyak. Serta yang terpenting adalah tidak perlu membangun jaringan transmisi yang membentangkan kabel listrik sejauh mata memandang.

China menargetkan energi terbarukan akan mengisis 50% bauran energi nasional mereka pada tahun 2050, dan tentu saja  energi angin akan memegang peranan penting disitu.

Sumber: wire.co.uk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biofuel Alga: Menjanjikan Namun Bisa Bikin Shell dan Chevron Putus Asa

Momok dari Kebijakan Restrukturisasi Harga BBM: Antara Mitos dan Fakta

Terserang Penyakit Mematikan dari Asap Tungku, Memasak dengan Kayu Bakar Masih Terus Merenggut Jutaan Nyawa Manusia