General Electric dan Dana Talangan Batu Bara Yang Tak Direkomendasikan
![]() |
By Unknown author - http://www.wy.blm.gov/minerals/coal/, Public Domain, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=1652767 |
Salah satu produsen turbin termal terbesar di dunia yaitu General Electric (GE) mengatakan akan menarik diri dari semua proyek pembangunan turbin baru bertenaga batu bara.
“Pengumuman dari GE tersebut merupakan kabar baik gerakan perubahan iklim dan memberi keuntungan bagi investasi perusahaan yang sudah lebih dulu fokus pada isu yang dimaksud” kata direktur eksekutif Market Forces, Julien Vincent, seperti yang diwartakan oleh eco-business.
Langkah strategis ini baru saja diumumkan pada 22 September kemarin. Seakan menjadi paku tambahan pada peti mati sektor pertambangan batu bara yang sedang sekarat.
Tapi GE belum memberikan penjelasan gamblang terkait dengan nasib dari 18 proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di 16 negara yang sudah diusulkan sebelumnya.
Pembangkit tersebut diantaranya berlokasi di Bangladesh, Indonesia, India, Filipina, dan Vietnam; dan diperkirakan akan menambah jumlah CO2 di udara sebesar 2,5 miliar ton selama pembangkit listrik beroperasi hingga umur teknisnya habis.
Tapi keterangan Wakil Presiden Senior GE mengindikasikan bahwa perusahaan tetap akan menjaga komitmen yang sudah disepakati sebelum pernyataan tersebut diumumkan. Hanya saja untuk kedepannya mereka akan fokus pada bisnis pembangkit listrik yang punya daya tarik secara ekonomi dan punya masa depan yang lebih baik.
Deklarasi bisnis dari GE ini muncul menjelang pemilihan presiden di Amerika Serikat, dimana para kandidat yang bersaing memiliki pandangan yang saling bertolak-belakang tentang bahan bakar fosil. Kandidat petahana, Donald Trump, sangat "mencintai" batu bara sedangkan lawannya, Joe Biden, mengkampanyekan isu perubahan iklim dan transisi energi untuk mencegah pemanasan global.
Pemerintah Kita Disarankan Untuk Tidak Melindungi Pengusaha Batu Bara
Secara tersirat GE sudah menggambarkan suramnya masa depan bisnis pembangkit listrik tenaga batu bara. Dan kondisi tersebut sudah mulai dirasakan oleh pengusaha tambang batu bara dalam negeri.
Beberapa negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia seperti China dan India mulai memangkas kuota impor. Kebanyakan negara importir mulai beralih ke sumber domestiknya untuk meningkatkan ketahanan energi dan pemanfaatan energi terbarukan.
Efek demokratisasi energi dari pemanfaatan energi terbarukan memang sudah pernah disinggung dalam tulisan sebelumnya (silahkan baca ulasan menariknya dalam Energi Terra Incognita).
Analis keuangan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Ghee Peh, mendesak pemerintah Indonesia untuk tidak memberikan dana talangan kepada perusahaan tambang batu bara yang sedang tercekik utang selangit akibat dampak pandemi virus korona
Dalam kajiannya, IEEFA mendapati bahwa total pinjaman perusahaan tambang batu bara tersebut pada bank asing dan bank nasional sebesar 6,5 miliar USD. Melebihi pendapatan pemerintah dari royalti dan pajak tahun 2019 yang hanya sebesar 2,3 miliar USD.
Membiarkan tambang batu bara yang dikelola dengan tidak efisien bersama perusahaan gagal tersebut merupakan pilihan yang paling tepat dari sudut pandang ekonomi.
Dalam analisisnya, IEEFA menemukan bahwa hanya satu perusahaan dari 11 perusahaan yang disurvei -- yaitu Bayan Resources -- yang saat ini masih mampu mencetak keuntungan. Sisanya sedang memakan "stok beras" dari dana cadangan perusahaan supaya tetap bisa beroperasi.
Bila tetap dikucurkan secara paksa pun maka dana talangan batu bara tersebut tidak bisa dinikmati oleh perusahan tambang yang "sakit" tersebut melainkan langsung jatuh ke tangan pemberi pinjaman.
Ibarat pepatah arang habis besi binasa, begitulah kira-kira sifat dana talangan tersebut menurut analisa IEEFA.
Tapi bagaimana pula nasib bank-bank pemberi pinjaman? Sepatutnya mereka pun harus dibiarkan juga agar kedepannya lebih selektif dalam menggelontorkan pinjaman bagi industri energi, memilih sektor yang benar-benar diyakini punya masa depan yang cerah seperti halnya energi terbarukan.
Komentar
Posting Komentar