China Terus Mendominasi Jaringan Logistik Mobil Listrik Dunia

Gambar: Prevor.com


Setengah dari konsumsi tembaga dunia pada semester kedua tahun ini dikuasai oleh China, negara itu  memborong habis tembaga di pasar global ketika pandemi Covid-19 memaksa para eksportir untuk mengurangi kegiatan operasi produksi di tambang tembaga milik mereka

Tembaga merupakan bahan konduktor listrik yang sangat banyak digunakan pada peralatan listrik. Karena hendak mendominasi rantai pasokan mobil listrik dunia maka China merasa perlu memperbanyak cadangan tembaga dalam negerinya.

Sebagai raksasa ekonomi Asia, negaranya para pendekar kung fu itu memang sangat menaruh perhatian pada perkembangan ekonomi global. China dari sejak dini mempersiapkan industri otomotifnya agar dapat mendominasi pangsa pasar mobil listrik dunia ketika transisi energi sektor transportasi sedang mendapatkan momentumnya.

Menurut SPGlobal, mata-mata Bloomberg New Energy Finance (BNEF) melaporkan bahwa China terus mendominasi rantai pasokan baterai lithium-ion dunia pada tahun 2020.

Nampaknya Xi Jingping benar-benar berhasil membesut empat hal pokok yang menjadi keunggulan China dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Pertama, permintaan domestik China akan baterai adalah yang tertinggi di dunia, yaitu mencapai 72 GWh. Kedua, 80% kontrol terhadap pemurnian bahan baku juga dikuasai oleh China. Ketiga, negara itu juga menguasai 77% kapasitas baterai lithium-ion (cell capacity) dunia. Dan yang terakhir yang tidak kalah penting adalah penguasaan China terhadap 60% produksi komponen manufaktur dunia.

Kwasi Ampofo, analis senior BNEF di bidang bahan baku baterai, menyatakan jika investasi China dalam industri pemurnian bahan tambang juga menguntungkan Jepang serta Korea Selatan.

Tabel Ranking Jaringan Logistik Baterai Lithium-ion (Sumber: mining.com)

Ada tiga negara ASEAN yang masuk dalam daftar 25 besar dunia, yaitu Vietnam (urutan 18), Indonesia (urutan 21), Thailand (urutan 23), dan Filipina (urutan 25). 

Nampak jelas bahwa penguasaan bahan baku belum tentu menjamin sebuah negara akan kuat posisinya dalam rantai suplai global. Indonesia yang menjadi negara terbesar ketujuh dalam penguasaan bahan baku ternyata dikalahkan oleh Vietnam hanya karena kemampuan mereka untuk dapat menguasai pangsa pasar komponen manufaktur dan baterai. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Thailand versus Filipina.

Di lain pihak, para investor kini begitu peduli pada aspek keberlanjutan dan emisi karbon dari rantai suplai industri baterai. Kesadaran lingkungan pengusaha global memang meningkat sejak pandemi Covid-19 melanda. 

Kinerja terbaik dalam kategori lingkungan disabet oleh Prancis, faktor emisi karbon rendah pada jaringan listriknya (28g CO2 / kWh) membuatnya menjadi negara pemasok baterai lithium-ion yang paling ramah lingkungan.

Seluruh jaringan logistik baterai, mulai dari hulu ke hilir, sudah sepatutnya dapat mengurangi emisi karbon global karena tujuan akhirnya adalah untuk melayani pasar mobil listrik dunia. Simbol transisi energi fosil ke energi bersih di sektor transportasi dunia saat ini ada pada kendaraan listrik.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biofuel Alga: Menjanjikan Namun Bisa Bikin Shell dan Chevron Putus Asa

Momok dari Kebijakan Restrukturisasi Harga BBM: Antara Mitos dan Fakta

Terserang Penyakit Mematikan dari Asap Tungku, Memasak dengan Kayu Bakar Masih Terus Merenggut Jutaan Nyawa Manusia