Turbin Angin Lepas Pantai, Tempat Kerja Baru Buat Profesional Migas Yang Kena PHK Selama Pandemi Virus Corona
Turbin angin Fukushima Mirai mengapung 20 km di lepas pantai Jepang. Turbin angin pada floating rig berukuran 80 m dengan total ketinggian 106 m dari permukaan laut. Foto: Yoshikazu Tsuno / AFP / Getty Images via TheGuardian.com
Kontraktor oil and gas memang sedang ketiban sial. Sejak awal pandemi corona, bisnis migas jadi yang pertama kalinya terkena dampak. Mungkin masih segar dalam ingatan kita semua tentang kehebohan berita bahwa harga minyak dunia ambruk hingga menjadi minus.
Padahal industri migas merupakan tempat dimana hasil evolusi dari berbagai ilmu pengetahuan diuji ketangguhannya. Contohnya seperti teknologi pengeboran lepas pantai yang menjadi ikon kebanggaan berbagai disiplin ilmu terapan.
Sudah menjadi maklum bahwa dalam setiap proyek pengeboran lepas pantai dibutuhkan sinergitas antar ahli di bidang ilmu kebumian, teknik logistik, teknik sipil, kelautan, keuangan, dan termasuk pula urusan hukum serta geopolitik.
Maka sangatlah disayangkan bila berbagai inovasi di bidang migas lepas pantai jadi kehilangan eksistensinya hanya karena harga minyak dunia yang terus tertekan dalam ketidakberdayaan.
Namun demikian ternyata peluang adaptasi teknologi offshore di sektor energi terbarukan terbuka lebar. Kincir angin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sekarang instalasinya sudah mulai dibangun di lepas pantai. Sesuai dengan kelaziman hukum alam memang diakui bahwa badai angin di tengah laut lebih dahsyat rasanya bila dibandingkan dengan badai di daratan.
Sepuluh tahun yang lalu, turbin angin ukuran 3 MW sudah dianggap sebagai turbin raksasa. Sedangkan teknologi hari ini sudah mampu merancang turbin terbaru dengan ketinggian 150 meter dan diameter rotor sebesar 240 meter serta memiliki output daya terpasang sekitar 15 - 20 MW.
Dikabarkan oleh TheGuardian (07/20), investasi besar-besaran pada bisnis turbin angin lepas pantai terus berlanjut walaupun dunia masih bergelut dengan pandemi virus corona. Awalnya memang hanya berkembang di Eropa, tapi kini mulai merambah ke negara-negara Asia dan Amerika.
Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam rilis teranyarnya menyebutkan bahwa total panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 kilometer. Dengan teknologi Turbin Angin Lepas Pantai, angin laut lepas merupakan sumber daya baru yang potensial bagi negara maritim mana pun di dunia, termasuk pula bagi Indonesia tentunya.
Angin lepas pantai pada ketinggian hingga 150 meter diatas permukaan laut akan menghasilkan listrik murah yang mampu menyaingi harga listrik dari bahan bakar fosil dan juga akan berada jauh di bawah harga listrik dari nuklir.
Turbin angin lepas pantai akan menjadi bisnis baru yang sangat potensial buat para profesional migas, khususnya para praktisi dan ahli di bidang teknologi offshore.
Link Video menarik: https://youtu.be/LvGW1SXgDkU
Komentar
Posting Komentar