Perusahaan Selandia Baru Serius Kembangkan Jaringan Listrik Nirkabel (Wireless Power Transmission)
Lebih dari seratus tahun yang lalu, hidup seorang penemu di bidang energi bernama Nikola Tesla yang terobsesi dengan hal yang tidak lazim. Salah satunya adalah keyakinannya tentang Piramida Agung Giza di Mesir sebagai pemancar energi listrik nirkabel raksasa. Dilansir oleh bigthink, dia membangun Tesla Towers setelah mempelajari Piramida zaman Mesir kuno.
Impian Tesla adalah membangun menara tersebut di seluruh dunia untuk mentransmisikan daya secara nirkabel ke titik mana pun, mengantarkan energi listrik ke rumah-rumah, perkantoran, industri, dan bahkan kapal listrik raksasa di lautan. Cita-cita itu dikandaskan oleh J.P. Morgan, investor terkenal asal Amerika Serikat hanya dengan satu pertanyaan yaitu bagaimana caranya meletakkan meteran daya supaya tagihan listrik bisa tercatat.
Mengutip kabar dari newatlas (03/08), ternyata Emrod, sebuah perusahaan pengembang teknologi asal Selandia Baru telah menemukan metode transmisi energi listrik jarak jauh tanpa menggunakan kabel tembaga dan sedang mengimplementasikannya pada Powerco selaku perusahaan penyalur listrik terbesar kedua di negara itu.
Berdasarkan keterangan Manajer Transformasi Jaringan Powerco, Nicolas Vessiot, ketertarikan mereka pada teknologi Emrod karena ada kemungkinan bagi teknologi ini untuk dikembangkan secara komersil dan menjadi pelengkap bagi sistem penyaluran listrik pada jaringan transmisi modern. Apabila berfungsi maka akan sangat memudahkan pekerjaan mereka ketika hendak mengirimkan listrik ke tempat terpencil dengan medan yang menantang, serta berpotensi untuk dijadikan sebagai sistem backup bagi jaringan transmisi eksisting saat kegiatan pemeliharaan (maintenance) dilaksanakan.
Emrod saat ini sudah memiliki prototipe yang berfungsi dengan baik, tetapi hanya mampu menyalurkan beberapa kilowatt saja. Sedangkan yang akan dimiliki Powerco adalah perangkat baru yang diyakini dapat mengirimkan berapapun jumlah daya listrik yang mampu ditanggung oleh kabel transmisi saat ini.
Sistem ini mengirimkan listrik melalui antena pemancar, rangkaian relai dan rectenna penerima yaitu antena penyearah yang mampu mengubah energi gelombang mikro menjadi listrik. Frekuensi yang digunakan pun bisa dengan frekuensi yang biasa digunakan dalam Wi-Fi dan Bluetooth.
Greg Kushnir, pendiri Emrod, mengakui bahwa transfer energi listrik dengan gelombang mikro memang telah dicoba lakukan selama beberapa dekade terakhir. Pada tahun 70-an, NASA berhasil melakukan pengisian daya listrik pada drone helikopter selama terbang di udara dengan gelombang mikro yang dipancarkan dari permukaan tanah. Kebanyakan dari teknologi listrik nirkabel yang telah diteliti selama ini adalah untuk keperluan militer
Perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir katanya terletak pada teknologi electromagnetik metamaterial yang memungkinkan mereka mampu mengubah kembali energi gelombang mikro menjadi listrik dengan sangat efisien. Itulah yang kemudian membuat teknologi Emrod layak untuk penggunaan komersial.
Tidak seperti buatan Tesla yang memungkinkan listrik dapat diakses secara gratis oleh semua pengguna, model yang dikembangkan Emrod dilengkapi dengan "tirai pengaman laser berdaya rendah" yang dapat segera mematikan transmisi sebelum objek apa pun seperti: burung, drone, pencuri listrik atau helikopter bisa menyentuh arus listrik.
Emrod mengatakan bahwa sistem mereka dapat bekerja dalam kondisi cuaca apa pun, termasuk hujan, kabut dan debu. Jarak transmisi hanya dibatasi oleh garis pandang antara setiap relai, mampu mentransmisikan daya ribuan kilometer jaraknya dengan biaya infrastruktur yang sangat rendah. Solusi bagi permasalahan klasik energi terbarukan.
Tidak perlu lagi adanya pemadaman bergilir karena rectenna dapat dipasang pada sebuah truk yang bisa dimobilisasi kemana saja sepanjang masih dalam jangkauan visual dari sebuah relai untuk membuat koneksi daya nirkabel sementara.
Emrod mengklaim bahwa transmiter mereka terbuat dari bahan yang biasa digunakan pada perangkat kompor microwave rumahan. Jenis transmiter yang berukuran satu meter persegi dapat mengirimkan daya sekitar 10 kW untuk jarak 10 meter, sedangkan yang berukuran 40 meter persegi dapat menjangkau jarak hingga 30 km. Dengan efisiensi semua komponen mendekati 100 persen, tetap saja losses listrik terbesar ada pada sisi transmisi ke rumah.
Apakah suatu saat nanti listrik benar-benar akan dikirimkan melalui udara layaknya sinyal WiFi? Untunglah masih ada perusahaan yang berani mencoba berinovasi demi kemajuan energi terbarukan. Walau sebelumnya pernah dilakukan, tapi kenyataannya rintangan yang ditemukan tidak dapat diatasi sehingga para pendahulu itu semuanya harus menyerah dan pulang dengan tangan hampa. Maka kita tentu berharap agar upaya kali ini dapat sukses dan berjalan.
Komentar
Posting Komentar