Kereta Tenaga Surya, Penjelajah Rel Kereta Api Masa Depan

Apakah kereta tenaga surya akan mengantikan posisi lokomotif diesel sebagai penjelajah rel kereta api di masa depan?

Gambar: tucson.com


Jika proyek kereta Jakarta-Surabaya masih menggunakan sistem Diesel Electric Multiple Unit (DEMU), Sunlight Express yang beroperasi pesisir New South Wales, Teluk Byron, Australia telah menggunakan kereta bertenaga surya penuh yang diklaim sebagai yang pertama di dunia.

Rute sepanjang 3 km tersebut dibangun pada tahun 1949, kemudian pada 2017, rute ini dijelajahi oleh kereta dengan dua gerbong yang telah menarik perhatian penduduk di negara asalnya dan juga dunia.

Kenapa banyak turis yang mau repot-repot datang kesana dan membeli tiket seharga 3 dolar? Padahal pemandangan di pesisir New South Wales bukanlah sesuatu yang dapat ditawarkan pada wisatawan lokal apalagi wisman. Ternyata itu semua disebabkan atap gerbong kereta yang tergolong unik. 

Gambar: positive.news


Setelah reparasi, gerbong penumpangnya sekarang dilengkapi dengan panel surya melengkung yang dirancang khusus. Mampu menghasilkan tenaga 6,5kW serta tambahan panel di atap gudang penyimpanan dapat menghasilkan 30kW untuk mengisi ulang baterai lithium-ion kereta sewaktu-waktu jika diperlukan. 

Tidak seperti mobil, jalur perkereta-apian punya rute tetap, teratur dan dapat diprediksi. Didukung oleh luas permukaan atap yang lebar, panel fotovoltaik statis dapat dipasang disitu sebagai sumber energi pendorong mesin kereta. 

Wilayah khatulistiwa seperti Indonesia semestinya juga berpotensi mengembangkan teknologi rel surya produksi dalam negeri. PT Industri Kereta Api (Persero) bukanlah pemain kemarin sore dalam persaingan pasar ekspor kereta api, BUMN tersebut telah membuat gerbong kereta made in Indonesia laris manis di Bangladesh, Filipina, bahkan Australia.

Di Inggris, jalur kereta yang didukung oleh 100 panel surya di sisi rel dikembangkan sebagai proyek bersama antara Possible (semacam badan amal untuk proyek perubahan iklim) dan Imperial College London. Proyek tersebut bertujuan untuk menghentikan secara bertahap operasional kereta diesel di seluruh United Kingdom.

Gambar: newatlas.com

Tak terhitung sudah jumlahnya, berbagai proyek di seluruh dunia berhasil menemukan bahan bakar alternatif moda transportasi massa sebagai pengganti bahan bakar karbon. Mulai dari kereta hidrogen hingga elektrifikasi jalur rel kereta api yang saat ini semakin membuktikan bahwa energi alternatif ternyata sama efisiennya dengan energi fosil.

Kereta bertenaga surya biasanya mengandalkan panel fotovoltaik yang dipasang dekat jalur rel atau pun bisa langsung pada jalur rel itu sendiri. Panel surya tersebut dapat menghasilkan listrik yang cukup untuk memicu arus yang akan menggerakkan kereta.

Bahkan ide memasang panel surya ke bantalan rel kereta api juga mendapatkan perhatian besar di dalam industri energi, karena memungkinkan panel surya bekerja pada rute yang panjang dengan biaya yang relatif rendah.

Gambar: solarimpulse.com

Secara umum terlihat bahwa masa depan yang cerah bagi tenaga surya di industri perkeretaapian tidak diragukan lagi. Dukungan dana untuk penelitian yang intensif, serta munculnya perusahaan-perusahaan pendobrak seperti Greenrail dan Bankset, ditambah lagi dukungan kolektif yang mendunia untuk upaya dekarbonisasi.

India pun tak mau ketinggalan, sejak 2017 kereta DEMU bertenaga surya sudah meluncur dari stasiun kereta Safdarjung di Delhi. Sebanyak 16 panel surya, masing-masing menghasilkan 300 Wp, dipasang di enam gerbong yang memiliki sistem pencadangan tenaga dan dapat beroperasi dengan baterai setidaknya selama 72 jam. 

Energi listrik dari panel surya dialirkan ke sistem penerangan hanya untuk gerbong non-AC. Tapi hasilnya dapat menghemat sekitar 1,2 juta kilo liter solar per tahun dan membantu mengurangi 2,7 juta ton emisi karbon.

Tapi kapankah masa depan itu akan terjadi? Tentunya tidak ada yang berani menjawab secara pasti karena proyek-proyek ini masih dalam tahap pengembangan dan butuh beberapa tahun lagi hingga benar-benar dapat diterapkan secara komersil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biofuel Alga: Menjanjikan Namun Bisa Bikin Shell dan Chevron Putus Asa

Momok dari Kebijakan Restrukturisasi Harga BBM: Antara Mitos dan Fakta

Terserang Penyakit Mematikan dari Asap Tungku, Memasak dengan Kayu Bakar Masih Terus Merenggut Jutaan Nyawa Manusia