Bahan Kimia Penyebab Ledakan Beirut Ternyata Bisa Jadi Bahan Bakar Pesawat

Gambar: newatlas.com

Senyawa amonia yang menjadi penyebab ledakan di Beirut ternyata bisa jadi bahan bakar pesawat. Reaction Engine (RE) dan Dewan Fasilitas Sains dan Teknologi (STFC) Inggris baru saja menyelesaikan program penelitian bersama mereka untuk membuktikan: apakah teknologi manajemen termal hasil inovasi RE dapat digabungkan dengan katalis milik STFC sehingga amonia bisa dipakai sebagai bahan bakar dalam sistem penerbangan?

Mesin jet modern saat ini masih menggunakan berbagai bahan bakar berbahan dasar kerosene atau yang kita sebut sebagai minyak tanah. Untuk dimaklumi bahwa minyak tanah yang memiliki kepadatan energi yang sangat tinggi sehingga dapat menghasilkan energi dorong pada pesawat terbang yang jauh melampaui kecepatan suara.

Gambar: irishtimes.com

Sayangnya, bahan bakar semacam itu menghasilkan emisi CO2 dalam jumlah yang sangat signifikan, yang oleh industri penerbangan internasional sudah disepakati untuk dikurangi secara radikal hingga tercapai kondisi bebas emisi pada tahun 2050.

Masalahnya untuk mencari alternatif pengganti bahan bakar jet konvensional adalah hal yang sulit karena susah mendapatkan bahan bakar dengan kepadatan energi yang setara dengan kerosene. Hingga kini belum ada teknologi baterai yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pesawat. 

Sedangkan hidrogen cair yang awalnya diperkirakan bisa menjadi alternatif yang layak ternyata harus menerima kenyataan yang mengelikan; karena seluruh ruangan yang semula bisa diperuntukkan bagi penumpang harus diubah menjadi tanki penyimpanan hidrogen. Sebab pesawat membutuhkan hidrogen dalam jumlah sangat besar agar setara kepadatan energinya dengan bahan bakar konvensional.

Gambar: blogs.nasa.gov

Penggunaan amonia sebagai bahan bakar penerbangan bukanlah hal baru. NASA menggunakan amonium perklorat sebagai oksidator yang dapat membakar bubuk aluminium sebagai pendorong roket ruang angkasa/Space Launch System (SLS).

Meskipun hanya memiliki sepertiga dari kepadatan energi minyak diesel, senyawa amonia relatif mudah untuk dicairkan dan disimpan, dan yang paling penting adalah bebas karbon. Hanya saja industri penerbangan belum menemukan cara yang ekonomis untuk dapat menggunakannya di pesawat komersil.

Dalam sistem yang baru diuji ini, amonia disimpan sebagai cairan dingin bertekanan pada sayap pesawat seperti layaknya bahan bakar berbasis minyak tanah. Panas yang dihasilkan dari heat exchanger buatan RE akan menghangatkan amonia saat dipompa keluar sebelum dimasukkan kedalam reaktor kimia dimana katalis produk STFC memecah sebagian amonia menjadi hidrogen.

Campuran amonia dan hidrogen dari reaktor kemudian dimasukkan kedalam mesin jet dimana keduanya akan terbakar layaknya bahan bakar konvensional. Namun emisi utamanya hanya terdiri dari nitrogen dan uap air.

Temuan studi ini dapat memiliki implikasi besar bagi industri penerbangan internasional yang menargetkan bebas emisi pada tahun 2050. Karena Reaction Engine yakin bahwa penerbangan tanpa emisi dapat jadi kenyataan hanya dalam hitungan beberapa tahun lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biofuel Alga: Menjanjikan Namun Bisa Bikin Shell dan Chevron Putus Asa

Momok dari Kebijakan Restrukturisasi Harga BBM: Antara Mitos dan Fakta

Terserang Penyakit Mematikan dari Asap Tungku, Memasak dengan Kayu Bakar Masih Terus Merenggut Jutaan Nyawa Manusia